Translate

Ditemukan, Saingan Durian Monthong

TEMPO.CO,

  Yogyakarta - Bibit durian khas Bukit Menoreh di Kabupaten Kulon Progo segera disertifikasi. Durian yang biasa disebut "bagong kempes" itu sangat lezat dan tebal, bijinya kempes sangat kecil.

Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta masih melakukan proses sertifikasi itu, yaitu dengan merunut sejarah pohon induk. Lalu proses stek dalam penangkaran bibit atas dan bawah.

"Proses sertifikasi bertahap dari sejarah induk, daya tumbuh dan kadar air," kata Maman Suherman, Kepala Sub Bagian Program dan Informasi Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (27/2).

Kualitas daging durian berwana kuning itu memang sangat istimewa. Satu biji durian, ketebalan dagingnya bisa mencapai 2,5 sentimeter dengan biji yang hanya sebesar ujung jari tangan dewasa. Harganya pun juga lumayan tinggi. Jika satu buah durian ukuran sedang dihargai Rp 30 ribu di musim durian, Bagong Kempes bisa mencapai Rp 75 ribu per buah.

Keluarnya sertifikat pertanian bagi bibit buah durian itu tidak harus menunggu sampai berbuah. Sebab, dengan tahapan-tahapan sertifikasi pertanian itu sudah bisa dipastikan hasilnya juga istimewa. Saat pohon durian berukuran tinggi 1 meter sudah bisa dikeluarkan sertifikasi itu. Jika harus menunggu berbuah, maka memerlukan waktu 3 hingga 4 tahun.

"Keuntungannya jika ada sertifikasi benih adalah jaminan buahnya sangat istimewa, otomatis menaikkan harga juga. Itu juga menyangkut kesejahteraan masyarakat petani," kata dia.

Ia memberi contoh, setiap warga mempunyai 20 pohon durian itu, jika satu pohon berbuah 50 buah durian saja sudah sangat menguntungkan. Apalagi perawatan durian itu tidak sulit.

Tanaman hortikultura di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah disertifikasi antara lain bawang merah, mentimun, cabai merah, kubis, caysin, buncis, kacang panjang dan lain-lain.

Sedangkan untuk buah-buahan, yang menjadi andalan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salak pondoh yang setiap hari bisa dikonsumsi baik di dalam daerah maupun luar daerah di pulau lain. Bahkan untuk kebutuhan ekspor, salak pondoh kelas A dan B setiap dua hari sebanyak 2 ton dikirim ke Cina.

Menurut Tukino, warga kecamatan Kokap Kulon Progo, pohon induk durian bagong kempes itu merupakan tinggalan kakek buyutnya. Ia dan kelompoknya mengembangkan durian ini dengan sistem cangkok lalu distek dengan jenis durian lain yang rasanya lezat seperti pohon durian montong dan pohon durian dari Pulau Sumatera.

"Kami uji coba dengan kelompok tani, hasilnya durian bagong kempes ini sangat menggembirakan. Harganya tentu saja lebih tinggi dari jenis lainnya," kata dia.

No comments:

Post a Comment